PERENCANAAN PENDIDIKAN
1. Pendahuluan
Pada haketnya Perencanaan merupakan suatu rangkaian proses kegiatan menyiapkan keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi sperti (peristiwa, keadaan, suasana), dan sebagainya. Perencanaan bukanlah masalah kira-kira, manipulasi atau teoritis tanpa fakta atau data yang kongkrit. Dan persiapan perencanaan harus dinilai. Bangsa lain yang terkenal perencanaannya adalah bangsa Amerika Serikat. Perencanaan sangat menentukan keberhasilan dari suatu program sehingga bangsa Amerika dan bangsa Jepang akan berlama-lama dalam membahas perencanaan dari pada aplikasinya.
Sejalan dengan perkembangan kemajuan teknologi, khususnya di bidang informasi, perencanaan bidang pendidikan juga harus mengantisipasi perubahan kondisi seperti saat sekarang ini. Jadi perencanaan pendidikan harus lebih kreatif dalam beradaptasi dan berkembang sesuai dengan improvisasi yang tepat. Pendidikan selalu dituntut untuk cepat tanggap atas perubahan yang terjadi dan melakukan upaya yang tepat secara normatif sesuai dengan cita-cita masyarakat madani Indonesia. Maka, pendidikan selalu bersifat progresif
tidak resisten terhadap perubahan, sehingga mampu mengendalikan dan mengantisipasi arah perubahan.
tidak resisten terhadap perubahan, sehingga mampu mengendalikan dan mengantisipasi arah perubahan.
Perencanaan dalam arti yang sederhana dapat dijelaskan sebagai suatu proses mempersiapkan hal-hal yang akan dikerjakan pada waktu yang akan datang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Sudah sejak awal Pelita I istilah ”Perencanaan pendidikan” dipergunakan secara luas, baik dikalangan pendidikan maupun diluar lingkungan pendidikan namun belum pernah ditetapkan satu defenisi secara resmi.
Umumnya defenisi mengenai perencanaan pendidikan tidak disusun berdasarkan teori semata-mata,melainkan diangkat dari pengalaman praktek oleh berbagai negara.Indonesia menganut paham bahwa ada kaitan yang erat antara perencanaan dengan pelaksanaan.Hal ini terganbar jelas pada sistem dan mekanisme perencanaan yang diikuti dilingkungan Departemen Pendidikan dan kebudayaandalam penyusunan perencanaan tahunan lima tahunan.
2. Teori Perencanaan Pendidikan
a. Defenisi Perencanaan Pendidikan
Dari berbagai pendapat atau definisi yang dikemukakan oleh para pakar manajemen, antara lain :
1. Menurut, Prof. Dr. Yusuf Enoch
Perencanaan Pendidikan, adalah suatu proses yang yang mempersiapkan seperangkat alternative keputusan bagi kegiatan masa depan yang diarahkan kepadanpencapaian tujuan dengan usaha yang optimal dan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada di bidang ekonomi, sosial budaya serta menyeluruh suatu Negara.
2. Menurut Beeby, C.E.
Perencanaan Pendidikan adalah suatu usaha melihat ke masa depan ke masa depan dalam hal menentukan kebijaksanaan prioritas, dan biaya pendidikan yang mempertimbangkan kenyataan kegiatan yang ada dalam bidang ekonomi, social, dan politik untuk mengembangkan potensi system pendidikan nasioanal memenuhi kebutuhan bangsa dan anak didik yang dilayani oleh system tersebut.
3. Menurut Guruge (1972)
Perencanaan Pendidikan adalah proses mempersiapkan kegiatan di masa depan dalam bidang pembangunan pendidikan.
4. Menurut Albert Waterson (Don Adam 1975)
Perencanaan Pendidikan adala investasi pendidikan yang dapat dijalankan oleh kegiatan-kegiatan pembangunan lain yang di dasarkan atas pertimbangan ekonomi dan biaya serta keuntungan sosial.
5. Menurut Coombs (1982)
Perencanaan pendidikan suatu penerapan yang rasional dianalisis sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien dan efisien serta sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para peserta didik dan masyarakat.
6. Menurut Y. Dror (1975)
Perencanaan Pendidikan adalah suatu proses mempersiapkan seperangkat keputusan untuk kegiatan-kegiatan di masa depan yang di arahkan untuk mencapai tujuan-tujuan dengan cara-cara optimal untuk pembangunan ekonomi dan social secara menyeluruh dari suatu Negara.
Jadi, definisi perencanaan pendidikan apabila disimpulkan dari beberapa pendapat tersebut, adalah suatu proses intelektual yang berkesinambungan dalam menganalisis, merumuskan, dan menimbang serta memutuskan dengan keputusan yang diambil harus mempunyai konsistensi (taat asas) internal yang berhubungan secara sistematis dengan keputusan-keputusan lain, baik dalam bidang-bidang itu sendiri maupun dalam bidang-bidang lain dalam pembangunan, dan tidak ada batas waktu untuk satu jenis kegiatan, serta tidak harus selalu satu kegiatan mendahului dan didahului oleh kegiatan lain.
b. Teori Perencanaan Pendidikan
Menurut Hudson dalam Tanner dalam Maswarita (2010), teori perencanaan meliputi, antara lain: synoptic, incremental, transactive, advocacy, dan radikal. Selanjutnya di kembangkan oleh tanner (1981) dengan nama teori SITAR sebagai penggabungan dari taksonomi Hudson.
1. Teori Synoptic
Disebut juga system planning, rational system approach, rasional comprehensive planning. Menggunakan model berfikir system dalam perencanaan, sehingga objek perencanaan dipandang sebagai suatu kesatuan yang bulat, dengan satu tujuan yang disbebut visi. Langkah-langkah dalam perencanaan ini meliputi :
a) pengenalan masalah,
b) mengestimasi ruang lingkup problem.
c) mengklasifikasi kemungkinan penyelesaian,
d) menginvestigasi problem,
e) memprediksi alternative,
f) mengevaluasi kemajuan atas penyelesaian spesifik.
Didasarkan pada kemampuan institusi dan kinerja personalnya. Bersifat desentralisasi dan tidak cocok untuk jangka panjang. Jadi perencanaan ini menekankan perencanaan dalam jangka pendek saja. Yang dimaksud dengan desentralisasi pada teori ini adalah si perencana dalam merencanakan objek tertentu dalam lembaga pendidikan, selalu mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan.
2. Teori transactive
Menekankan pada harkat individu yang menjunjung tinggi kepentingan pribadi dan bersifat desentralisasi, suatu desentralisasi yang transactive yaitu berkembang dari individu ke individu secara keseluruhan. Ini berarti penganutnya juga menekankan pengembangan individu dalam kemampuan mengadakan perencanaan.
3. Teori advocacy
Menekankan hal-hal yang bersifat umum, perbedaan individu dan daerah diabaikan. Dasar perencanaan tidak bertitik tolak dari pengamatan secara empiris, tetapi atas dasar argumentasi yang rasional, logis dan bernilai advocacy (mempertahankan dengan argumentasi).
Kebaikan teori ini adalah untuk kepentingan umum secara nasional. Karena ia meningkatkan kerja sama secara nasional, toleransi, kemanusiaan, perlindungan terhadap minoritas, menekankan hak sama, dan meningkatkan kesejahteraan umum. Perencanaan yang memakai teori ini tepat dilaksanakan oleh pemerintah/ atau badan pusat.
4. Teori radikal
Teori ini menekankan pentingnya kebebasan lembaga atau organisasi lokal untuk melakukan perencanaan sendiri, dengan maksud agar dapat dengan cepat mengubah keadaan lembaga supaya tepat dengan kebutuhan.
Perencanaan ini bersifat desentralisasi dengan partisipasi maksimum dari individu dan minimum dari pemerintah pusat / manajer tertinggilah yang dapat dipandang perencanaan yang benar. Partisipasi disini juga mengacu kepada pentingnya kerja sama antar personalia. Dengan kata lain teori radikal menginginkan agar lembaga pendidikan dapat mandiri menangani lembaganya. Begitu pula pendidikan daerah dapat mandiri menangani pendidikannya.
5. Teori SITAR
Merupakan gabungan keliempat teori diatas sehingga disebut juga complementary planning process. Teori ini menggabungkan kelebihan dari teori diatas sehingga lebih lengkap. Karena teori ini memperhatikan situasi dan kondisi masyarakat atau lembaga tempat perencanaan itu akan diaplikasikan, maka teori ini menjadi SITARS yaitu S terakhir adalah menunjuk huruf awal dari teori situational. Berarti teori baru ini di samping mengombinasikan teori-teori yang sudah ada penggabungan itu sendiri ada dasarnya ialah menyesuaikan dengan situasi dan kondisi lembaga pendidikan dan masyarakat. Jadi dapat kita simpulkan bahwa teori-teori diatas mempunyai persamaan dan pebedaannya.
Persamaannya:
a) Mempunyai tujuan yang sama yaitu pemecahan masalah
b) Mempunyai obyek perencanaan yang sama yaitu manusia dan lingkungan sekitarnya.
c) Mempunyai beberapa persyaratan data, keahlian, metode, dan mempunyai konsistensi internal walaupun dalam penggunaannya terdapat perbedaan penitikberatan.
d) Mempertimbangkan dan menggunakan sumberdaya yang ada dalam pencapaian tujuan
Sedangkan Perbedaannya adalah :
a) Perencanaan synoptic lebih mempunyai pendekatan komprehensif dalam pemecahan masalah dibandingkan perencanaan yang lain, dengan lebih mengedepankan aspek-aspek metodologi, data dan sangat memuja angka atau dapat dikatakan komprehensif rasional. Hal ini yang sangat minim digunakan dalam 4 pendekatan perencanaan yang lain.
b) Perencanaan incremental lebih mempertimbangkan peran lembaga pemerintah dan sangat bertentangan dengan perencanaan advokasi yang cenderung anti kemapanan dan perencanaan radikal yang juga cenderung revolusioner.
c) Perencanaan transactive mengedepankan faktor – faktor perseorangan / individu melalui proses tatap muka dalam salah satu metode yang digunakan, perencanaan ini kurang komprehensif dan sangat parsial dan kurang sejalan dengan perencanaan Synoptic dan Incremental yang lebih komprehensif.
d) Perencanaan advocacy cenderung menggunakan pendekatan hukum dan obyek yang mereka ambil dalam perencanaan adalah golongan yang lemah. Perencanaan ini bersifat sosialis dengan lebih mengedepankan konsep kesamaan dan hal keadilan sosial.
e) Perencanaan Radikal seakan – akan tanpa metode dalam memecahkan masalah dan muncul dengan tiba-tiba (spontan) dan hal ini sangat kontradiktif dengan pendekatan incremental dan synoptic yang memepertimbangkan aturan – aturan yang ada baik akademis/metodologis dan lembaga pemerintahan yang ada.
3. Implikasi Teori Perencanaan Pendidikan Dalam Praksis Pembelajaran
Perencanaan dapat menolong pencapaian suatu target atau sasaran secara lebih ekonomis,tepat waktu dan memberi peluang untuk lebih mudah dikontrol dan dimonitoring dalam pelaksanaannya. Karena itu perencanaan sebagai unsur dan langkah pertama dalam fungsi pengelolaan pada umumnya menempati posisi yang amat penting dan amat menentukan.
Melalui perencanaan akan lebih terjamin adanya penghematan waktu, biaya dan pemakaian sumber daya secara lebih bermanfaat.
Pentingnya perencanaan pendidikan di indonesia ditandai dengan adanya desakan masalah dalam berbagai aspek yang suka atau tidak harus ditangani melalui perencanaan. Tanpa perencanaan maka banyak masalah pendidikan yang akan tertunda penanganannya. Berikut ini dikemukakan beberapa desakan masalah pendidikan yang menuntut penanganannya melalui perencanaan:
a. Laju perkembangan pendidikan yang lamban antara tahun 1945-1968,semasa revolusi fisik,perjungan melawan penjajah dan pergolakan politik menyebabakan terjadi disparitas yang mencolok dalam dunia pendidikan.
b. Dalam periode Pelita I,II,dan III (1969/70-1983/84)masyarakat menaruh perhatian beasr terhadap pendidikan.
c. Kebijaksanaan pemerintah untuk menampung semua anak umur(7-12)tahun ditingkat pendidikan dasar menjadikan perencanaan peningkatan daya tanpung harus ditangani secara menyeluruh,tidak cukup pada tingkat pusat tapi sampai ketingkat Propinsi,Kabupaten dan kecamatan.
Mengingat bahwa pemecahan masakah-masalah pendidikan umunya dan perubahan sistem pendidikan khususnya mempunyai aspek ,menyangkut bidang lain dan akan membawa akibat yang luas pula,maka telah diadakan penahapanatau periodisasi dalam usaha-usaha kegiatan sebagai berikut:
a. Tahap Penyelamatan dan Rehabilitas yang berlangsung sampai dengan tahun 1971.
b. Tahap konsolidasi dan Stabilisasi dari tahun 1971-1973.
c. Tahap Konstruksi dari tahun 1974.
Berdasarkan tugas dan ruang lingkup tanggung jawab maka petugas-petugas perencana pendidikan dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Petugas perencana pada tingkat pusat(natioanal level).
b. Petugas perencana pada tingkat propinsi(regional level).
c. Petugas perencana pada tingkat kabupaten/kotamadya dan kecamatan(area level).
d. Petugas perencana pada tingkat sekolah institutional level).
Tenaga perencana pendidikan ini diharapkan memiliki kemampuan untuk melakukan sejumlah kegiatan antara lain:
a. Menganalisis data pendidikan dan data lainnya yang diperlukan dalam penyusunan rencana.
b. Menerjemahkan implikasi rencana ekonomi makro kedalam sektor pendidikan.
c. Menganalisis proyeksi tenaga kerja nasioanl untuk seterusnya dikaitkan pada lulusan atau output pendidikan menurut tingkat dalam progran studi.
d. Menggunakan rumus matamatis dalam perhitungan-perhitungan tertentu,misalnya memeperkirakan kebutuha jangka pendek jangka sedang dan jangka panjang secara kuantitatif.
e. Menterjemahkan kebijaksanaan dalam suatu rencana yang oprasiaoanal,dan.
f. Menjabarkan suatu rencana pembangunan pendidikan ke dalam proyek-proyek.
4. Kesimpulan
Perencanaan pendidikan adalah suatu proses intelektual yang berkesinambungan dalam menganalisis, merumuskan, dan menimbang serta memutuskan dengan keputusan yang diambil harus mempunyai konsistensi (taat asas) internal yang berhubungan secara sistematis dengan keputusan-keputusan lain, baik dalam bidang-bidang itu sendiri maupun dalam bidang-bidang lain dalam pembangunan, dan tidak ada batas waktu untuk satu jenis kegiatan, serta tidak harus selalu satu kegiatan mendahului dan didahului oleh kegiatan lain.
5. Daftar Pustaka
- http://hartokambaton.blogspot.com/2012/04/makalahperencanaan-pendidikan-arti-dan.html
- http://renggani.blogspot.com/2008/03/makalah-perencanaan-pendidikan.html
- http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2077094-pengertian-dan-sejarah-perencanaan-pendidikan/
- http://desiwidiasari.wordpress.com/2011/05/05/teori-perencanaan-pendidikan/
- B. Uno, Hamzah. Perencanaan Pembelajaran. 2006. Jakarta: Bumi Aksara.
- Harjanto.Perencanaan Pengajaran. 2005. Jakarta: Rineka Cipta. Makmun, Abin Syamsuddin, dan Saud, Udin Syaefudin. Perencanaan Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.
1 komentar:
Harrah's Cherokee Casino Resort - Mapyro
Hotel Description. Harrah's Cherokee Casino Resort is tucked away in the 의정부 출장안마 Great Smoky Mountains 광양 출장샵 of Western 구미 출장안마 North 상주 출장마사지 Carolina. The 통영 출장안마 casino's 15000 square foot gaming space
Posting Komentar